Sejarah Kota Bandung

Post a Comment
SEJARAH KOTA BANDUNG

Sejarah Kota Bandung
Sejarah Kota Bandung. (Foto: bandung.go.id)


KOTA Bandung (kotamadya) adalah ibu kota Provinsi Jawa Barat. Kota Bandung menjadi tujuan utama warga Jakarta dan sekitarnya di akhir pekan.

Tidak heran, jika tiap akhir pekan kota Bandung mengalami kemacetan parah di berbagai ruas jalan.

Asal-Usul Nama "Bandung"

Berbagai pendapat dan sumber menyebutkan asal-usul nama Bandung.

Secara harfiyah, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Bandung artinya: (1) benda yang dirangkaikan (dua buah); pasang; se·ban·dung n (1) dua serangkai; dua benda yang dirangkaikan; sepasang: rumah -; 2 kembar (dr satu telur): ayam - ;

Sebagian mengatakan, kata "Bandung" dalam bahasa Sunda identik dengan kata "banding" dalam bahasa Indonesia yang berarti "berdampingan". Ngabanding (Sunda) berarti "berdampingan" atau "berdekatan".

Pendapat lain mengatakan, kata "bandung" artinya "besar" atau "luas". Kata itu berasal dari kata "bandeng". Dalam bahasa Sunda, ngabandeng berarti genangan air yang luas dan tampak tenang, namun terkesan menyeramkan. Diduga, kata bandeng itu kemudian berubah bunyi menjadi Bandung.

Kata Bandung juga disebut-sebut berasal dari kata "bendung", terkait dengan peristiwa terbendungnya aliran Sungai Citarum purba di daerah Padalarang oleh lahar Gunung Tangkuban Parahu yang meletus pada masa holosen (± 6000 tahun yang lalu).

Akibatnya, daerah antara Padalarang sampai Cicalengka (± 30 kilometer) dan daerah antara Gunung Tangkuban Parahu sampai Soreang (± 50 kilometer) terendam menjadi sebuah danau besar yang kemudian dikenal dengan sebutan Danau Bandung atau Danau Bandung Purba.

Berdasarkan hasil penelitian geologi, air Danau Bandung diperkirakan mulai surut pada masa neolitikum (± 8000 - 7000 sebelum Masehi). Proses surutnya air danau itu berlangsung secara bertahap dalam waktu berabad-abad.

Pendapat terakhir inilah yang paling populer, yaitu kata Bandung berasal dari kata Bendungan. Lagi pula, Bandung ini "cekungan" kara dulunya "danau besar".

Sejarah Kota Bandung: Berdiri 25 September 1810

Tahun 1990 kota Bandung menjadi salah satu kota teraman di dunia, berdasarkan survei majalah Time.


Sejarah Kota Bandung


Kota Bandung pada zaman dahulu dikenal sebagai Parijs van Java (bahasa Belanda) atau “Paris dari Jawa“. Julukan itu masih berlaku hingga saat ini, selain julukan "Kota Kembang".

Mengapa Bandung mendapat julukan Parijs van Java? Menurut sejarah, kota Bandung dahulu kala terkenal dengan keindahan alam dan kesejukan udaranya. Suasana ini sangat disukai oleh orang-orang kolonial Belanda dan menurut mereka sama dengan kota Paris, Prancis.

Oleh karena itulah, mereka memberi julukan Parijs van Java kepada Kota Bandung, yang artinya "kota Paris dari Pulau Jawa".

Menurut catatan Wikipedia, Karena terletak di dataran tinggi, Bandung dikenal sebagai tempat yang berhawa sejuk. Hal ini menjadikan Bandung sebagai salah satu kota tujuan wisata. Sedangkan keberadaan perguruan tinggi negeri dan banyak perguruan tinggi swasta di Bandung membuat kota ini dikenal sebagai salah satu kota pelajar di Indonesia.

Kota Bandung tidak berdiri bersamaan dengan pembentukan Kabupaten Bandung. Kota itu dibangun dengan tenggang waktu sangat jauh setelah Kabupaten Bandung berdiri.

Kabupaten Bandung dibentuk pada sekitar pertengahan abad ke-17 Masehi, dengan Bupati pertama tumenggung Wiraangunangun yang memerintah Kabupaten Bandung hingga tahun 1681.

Semula Kabupaten Bandung beribukota di Krapyak (sekarang Dayeuhkolot) kira-kira 11 kilometer ke arah Selatan dari pusat kota Bandung sekarang. Ketika kabupaten Bandung dipimpin oleh bupati ke-6, yakni R.A Wiranatakusumah II (1794-1829) yang dijuluki “Dalem Kaum I”, kekuasaan di Nusantara beralih dari Kompeni ke Pemerintahan hindia Belanda, dengan gubernur jenderal pertama Herman Willem Daendels (1808-1811).

Untuk kelancaran menjalankan tugasnya di Pulau Jawa, Daendels membangun Jalan Raya Pos (Groote Postweg) dari Anyer di ujung barat Jawa Barat ke Panarukan di ujung timur Jawa timur (kira-kira 1000 km). Pembangunan jalan raya itu dilakukan oleh rakyat pribumi di bawah pimpinan bupati daerah masing-masing.

Di daerah Bandung khususnya dan daerah Priangan umumnya, Jalan Raya pos mulai dibangun pertengahan tahun 1808, dengan memperbaiki dan memperlebar jalan yang telah ada. Di daearh Bandung sekarang, jalan raya itu adalah Jalan Jenderal Sudirman – Jalan Asia Afrika – Jalan A. Yani, berlanjut ke Sumedang dan seterusnya.

Untuk kelancaran pembangunan jalan raya, dan agar pejabat pemerintah kolonial mudah mendatangi kantor bupati, Daendels melalui surat tanggal 25 Mei 1810 meminta Bupati Bandung dan Bupati Parakanmuncang untuk memindahkan ibukota kabupaten, masing-masing ke daerah Cikapundung dan Andawadak (Tanjungsari), mendekati Jalan Raya Pos.

Rupanya Daendels tidak mengetahui, bahwa jauh sebelum surat itu keluar, Bupati Bandung sudah merencanakan untuk memindahkan ibu kota Kabupaten Bandung, bahkan telah menemukan tempat yang cukup baik dan strategis bagi pusat pemerintahan.

Tempat yang dipilih adalah lahan kosong berupa hutan, terletak di tepi barat Sungai Cikapundung, tepi selatan Jalan Raya Pos yang sedang dibangun (pusat kota Bandung sekarang).

Alasan pemindahan ibukota itu antara lain, Krapyak tidak strategis sebagai ibukota pemerintahan, karena terletak di sisi selatan daerah Bandung dan sering dilanda banjir bila musim hujan.

Sekitar akhir tahun 1808/awal tahun 1809, bupati beserta sejumlah rakyatnya pindah dari Krapyak mendekali lahan bakal ibukota baru. Mula-mula bupati tinggal di Cikalintu (daerah Cipaganti), kemudian pindah ke Balubur Hilir, selanjutnya pindah lagi ke Kampur Bogor (Kebon Kawung, pada lahan Gedung Pakuan sekarang).

Bandung dulu tidak diketahui secara pasti, berapa lama Kota Bandung dibangun. Akan tetapi, kota itu dibangun bukan atas prakarsa Daendels, melainkan atas prakarsa Bupati Bandung, bahkan pembangunan kota itu langsung dipimpin oleh bupati.

Dengan kata lain, Bupati R. A. Wiranatakusumah II adalah pendiri (the founding father) kota Bandung.

Kota Bandung diresmikan sebagai ibukota baru Kabupaten Bandung dengan surat keputusan tanggal 25 September 1810.

Momentum Sejarah 

gedung merdeka bandung
1488 – Bandung didirikan sebagai bagian dari Kerajaan Pajajaran.

1799 – VOC mengalami kebangkrutan sehingga wilayah kekuasaannya di Nusantara diambilalih oleh pemerintah Belanda. Saat itu Bandung dipimpin oleh Bupati R.A. Wiranatakusumah II.

1808 – Belanda mengangkat Herman Willem Daendels sebagai Gubernur Jenderal di Nusantara setelah ditinggalkan VOC.

1809 – Bupati memerintahkan pemindahan ibu kota dari Karapyak ke daerah pinggiran Sungai Cikapundung (alun-alun sekarang) yang waktu itu masih hutan tapi sudah ada permukiman di sebelah utara.

1810 – Daendels menancapkan tongkat di pinggir sungai Cikapundung yang berseberangan dengan alun-alun sekarang. “Zorg, dat als ik terug kom hier een stad is gebouwd!” (Usahakan, bila aku datang kembali ke sini, sebuah kota telah dibangun!”). Sekarang tempat itu menjadi titik pusat atau KM 0 kota Bandung.

25 Mei 1810 – Daendels meminta bupati Bandung dan Parakanmuncang memindahkan ibukota ke wilayah tersebut.

25 September 1810 – Daendels mengeluarkan surat keputusan pindahnya ibu kota Bandung dan sekaligus pengangkatan Raden Suria sebagai Patih Parakanmuncang.

Sejak peristiwa tersebut 25 September dijadikan sebagai hari jadi kota Bandung dan R.A. Wiranatakusumah sebagai the founding father.

Sekarang nama tersebut diabadikan menggantikan Jalan Cipaganti, di mana wilayah ini menjadi rumah tinggal bupati sewaktu ibu kota berpindah ke alun-alun sekarang.

24 Maret 1946 – Pembumi hangusan Bandung oleh para pejuang kemerdekaan yang dikenal dengan sebutan ‘Bandung Lautan Api‘ dan diabadikan dalam lagu “Halo-Halo Bandung“.
1955 – Konferensi Asia-Afrika diadakan di Kota Bandung.
2005 – KTT Asia-Afrika 2005.

Demikian sejarah Kota Bandung. Sumber: bandung.go.id dan sumber lain. (www.bandungaktual.com).*


Related Posts

Post a Comment

Contact Form

Name

Email *

Message *