Di dalam --dalam hal ini Panpel-- ada "kericuhan" soal distribusi 30.000 lembar tiket yang disediakan. Sekelompok orang yang mengatasnamakan warga Gedebage (sekitar stadion), melakukan aksi demo dengan menyegel pintu gerbang stadion, Jumat (15/7/2016).
Warga Gedebage menuntut Camat Gedebage, Bambang Sukardi, yang menjadi "mitra tunggal" Panpel Persib dalam pertandingan di Stadion GBLA, memprioritaskan warga Gedebage dalam distribusi tiket.
Di luar stadion, banyak bobotoh kesulitan mendapatkan tiket. Nyatanya, banyak calo berkeliaran menjelang pertandingan. Rupanya, sebagian tiket dikuasai "sindikat calo". Banyaknya calo juga dikeluhkan Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil.
Tensi pertandingan mulai terasa Jumat pagi, sehari sebelum pertandingan. Ratusan bobotoh sudah datang ke wilayah sekitar stadion dengan memasuki kompleks perumahan Griya Cempaka Arum (GCA) yang berdampingan dengan Stadion GBLA.
Sebagian dari mereka "menginap" di teras Masjid Raya Cempaka Arum Abu Bakar Ash-Shiddiq yang berada tepat di seberang Stadion GBLA. Sebagian lainnya tidur di pos-pos ronda kompleks dan di garasi mobil yang kosong di depan rumah warga GCA.
Bisa dibayangkan, betapa kian panasnya suasana duel Persib vs Persija, jika suporter Persija, The Jakmania, diizinkan datang ke stadion. Beruntung, baik kepolisian maupun pihak Persija dan pengurus Jakmania, melarang The Jak datang ke Bandung.
Suasana panas diprediksi juga terjadi di dalam Stadion GBLA, saat Persib vs Persija bertarung dalam laga lanjutan Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 ini.
Persija datang ke Bandung dengan latar belakang tiga kekalahan beruntun. Mereka ingin bangkit. Di sisi lain, Persib Bandung tidak ingin menodai GBLA dengan kekalahan. Bobotoh menyatakan Maung Bandung wajib menang, apalagi bertanding sebagai tuan rumah.
Tidak kalah panasnya adalah suasana di kompleks perumahan GCA yang berdampingan dengan Stadion GBLA. Pro-kontra jembatan akses masuk dari perumahan ke stadion terjadi.
Demi kenyamanan dan keamanan, sebagain besar warga menginginkan semua jembatan kecil yang dibuar warga menuju stadion dibongkar. Namun, setelah sejumlah jembatan kayu-bambu dan besi dibongkar warga, sebagian "oknum warga" dengan kepentingan "uang parkir" dan "bisnis lain" memasang kembali jembatan baru!
Akibatnya, bobotoh menyerbu kompleks perumahan. Mereka lalu-lalang di antara perumahan warga.
Tidak ada pilihan bagi warga GCA, selain siap-siaga setiap kali Persib Bandung bermain di GBLA. Warga GCA (RW 04, 05, 06, 07, 08 Kelurahan Rancanumpang) tidak kompak untuk menutup akses masuk dari perumahan ke stadion. Sebagian besar menginginkan akses ditutup agar perumahan steril dari bobotoh.
Namun, sebagian kecil "oknum warga" yang punya kepentingan "duit" memanfatkan bobotoh, menempuh jalan sebaliknya dengan memasang jembatan kecil menuju stadion. Warga yang kontra memilih diam, daripada harus ribut sesama warga! Wasalam. (Admin).*
Post a Comment
Post a Comment