"Berorganisasi adalah cara dan wadah untuk mencapai tujuan bersama dengan cepat dan baik. Jika ada perselisihan antar organisasi atau kelompok masyarakat maka kedepankan dialog bukan kekerasan," tulisnya di laman resmi Facebooknya, Sabtu (14/1/2017).
"Masalah tidak pernah selesai jika kekerasan dibalas dengan kekerasan dan dibalas lagi dengan kekerasan, apapun alasannya. Jika terdapat pelanggaran hukum, mari selesaikan dengan koridor hukum," kata Emil.
Emil berharap FPI dan GMBI serta ormas lainnya bisa membuka diri untuk berdialog dan silaturahim. "Kebencian adalah penyakit hati. Tidak baik untuk kesehatan dan rohani kita," tegasnya.
Ditambahkannya, persoalan hukumnya kita serahkan sepenuhnya kepada aparat hukum. Percayakan penyelesaian hukum kepada kepolisian sesuai dengan tupoksinya.
"Negeri ini tidak akan maju kemana-mana, jika semua masalah diselesaikan dengan kekerasan. Semoga Allah SWT menyejukkan hati warga Indonesia dalam berbangsa dan bernegara di negeri yang indah ini. Semoga Allah SWT memberkahi nusantara ini dimana umaro dan ulamanya selalu kompak dan bersatu," kata Emil.
"Indonesia harus dikenal sebagai negara penuh karya, bukan negara penuh perkara. Mari dengan semangat tinggi namun dingin hati kita perjuangkan. Hatur Nuhun," pungkasnya.
Kasus GMBI vs FPI bermula di Mapolda Jabar, Kamis (12/1/2017), usai pemeriksaan terhadap pemimpin FPI Habib Rizieq. Massa GMBI yang merupakan binaan Kapolda Jabar Irjen Anton Charliyan hadir untuk mendorong proses hukum terhadap Habib Rizieq.
Massa FPI hadir untuk mengawal Habib Rizieq yang diperiksa terkait dugaan penghinaan terhadap Pancsila.
Saat massa FPI bubar, terjadi serangan fisik dari massa GMBI. Serangan tersebut berimbas balasan massa FPI di berbagai daerah dengan menyerang kantor GMBI setempat.*
Post a Comment
Post a Comment