BandungAktual.com -- Bakal Calon Gubernur Jawa Barat yang diusung Partai NasDem, Ridwan Kamil, menilai hasil survei Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati (UIN SGD) Bandung agak rancu.
Dalam survei itu, elektabilitas dan popularitas Ridwan Kamil yang kini menjabat Wali Kota Bandung menurun tergerus sejumlah kandidat lainnya, seperti Dedi Mulyadi (Bupati Purwakarta) dan Iwa Karniwa (Sektetaris Daerah Provinsi Jawa Barat ).
Dalam survei itu, popularitas dan Elektabilitas Ridwan Kamil di Jawa Barat Anjlok dan Deddy Mizwar menjai Cagub Jabar 2018 terpopuler.
Emil --sapaan Ridwan Kamil-- mengatakan, salah satu hal yang dinilai aneh adalah menurunnya tingkat popularitasnya.
"Cuma ada satu statement yang agak aneh, popularitas menurun. Dalam logika, survei tidak ada orang yang dulunya kenal tiba-tiba menjadi tidak kenal," kata Emil, Rabu (5/7/2017).
Emil menilai, penurunan elektabilitas calon gubernur wajar terjadi. Namun, menurutnya, tidak mungkin orang yang sudah mengenal satu calon mendadak tidak ingat. Hal itulah yang dia anggap cukup rancu.
"Kalau elektabilitas menurun betul. Karena tadinya milih jadi teu beuki (tidak suka), maka tidak milih saya, (elektabilitas) jadi turun. Tapi dulunya kenal 20 persen misalkan, tiba-tiba menjadi tidak kenal kan gak mungkin tidak kenal karena udah keburu kenal. Jadi sedikit mempertanyakan ada statement bahwa popularitas menurun," tuturnya.
"Yang ada mah popularitas itu tidak berubah atau naik. Jadi tidak ada dalam keilmiahan survei yang namanya popularitas menurun, gitu saja. Asa aneh juga masa Pak Deddy Mizwar popularitasnya hanya 20 persen gitu. Semua juga tahu (popularitas) artis mah rata-rata di atas 90 persen," tambahnya.
Meski mengaku heran dengan hasil survei tersebut, Emil menganggap hasil survei itu menjadi bahan evaluasi untuk terus mendongkrak elektabilitas dan popularitasnya di Pilgub Jabar 2018.
"Jadi kalau survei-survei mah silakan saja, saya hanya menjadikan survei itu sebagai referensi untuk evaluasi," jelasnya dikutip Kompas.
Menanggapi gugatan Emil, perwakilan dari Pascasarjana UIN bandung sebagai pembahas hasil survei, Asep Saeful Muhtadi, mengatakan hal tersebut sebenarnya tak harus dipertanyakan.
Dikatakannya, popularitas itu tak hanya ditentukan oleh tahu atau tak diketahuinya seseorang. Tapi, ditentukan banyak faktor.
"Kenapa harus mempertanyakan dan agak seperti kebakaran jenggot saat popularitasnya turun? Memangnya, orang lain gak boleh populer? hanya beliau yang bisa populer?," ujar Asep kepada Republika, Kamis (6/7/2017).
Asep menjelaskan, popularitas ditentukan oleh banyak hal. Salah satunya, karena responden yang disurvei orangnya berbeda. Bahkan, responden survei bisa berbeda 50 persen.
Selain itu, ia mengatakan popularitas seseorang di pengaruh juga oleh calon yang lain. Saat ada calon yang popularitasnya naik, pasti di sisi lain ada calon yang popularitasnya turun.
"Satu sama lain akan mempengaruhi kan harus 100 persen," katanya.
Faktor lain yang menyebabkan popularitas turun, kata dia, karena ada tindkan-tindakan yang dianggap tak populer. Misalnya, pilihan partai yang menjadi pendukung Ridwan Kamil adalah Nasedem. Keputusan itu, bagi masyarakat tak populer.
"Masyarakat sudah telanjur menilai pilihan itu jadi popularnya calon bukan hanya karena dia dikenal," ucapnya.
Asep mengatakan, tim dari Pasca UIN Sunan Gunung Djati sudah sangat berhati-hati dalam melakukan survei. Walaupun, memang ia tak bisa mengklaim hasil surveinya yang paling benar.
"Emil memang turun popularitasnya, ini bukan hanya hasil dari survei kami. Beberapa survei juga hasilnya begitu, harusnya ini dijadikan evaluasi," katanya.*
Post a Comment
Post a Comment