Mahasiswa Papua: Warga Bandung Lebih Ramah

Post a Comment
Mahasiswa Papua di Bandung Gelar Aksi Solidaritas
Mahasiswa Papua di Bandung Gelar Aksi Solidaritas. (portaljabar.net)
Warga Kota Bandung lebih ramah terhadap masyarakat Papua. Namun, sikap rasialis masih terjadi, misalnya di kendaraan umum.

Hal itu dikemukakan mahasiswa Papua yang kuliah di Bandung, Weak Kosay. Menurutnya, ia tidak pernah menerima perkataan kasar karena ras atau sukunya.

"Hal-hal rasis seperti perkataan kasar itu gak ada. Cuma pas naik mobil umum, ada semacam ketidakenakkan buat kami. Misalkan naik angkot, warga di dalam angkot langsung turun, gak mau dekat kami,” kata Weak dilansir IDN Times, (20/8/2019).

Weak mengakui, rasialisme merupakan risiko yang harus ditanggung bersama rekan-rekan sekampungnya yang berada di luar Papua. Tapi, bukan berarti ia mau membiarkan hal itu. Ia ingin perantau Papua di Bandung dianggap seperti warga Bandung pada umumnya.

Di Bandung Raya terdapat sekitar 200 mahasiswa asal Papua yang merantau untuk menempuh pendidikan. Kalau di Jawa Barat, kata Weak, jumlah mahasiswa rantau Papua bisa mencapai lebih dari 500 orang.

Kalau saja Papua punya kampus-kampus dengan fasilitas lengkap, mungkin Weak dan teman-temannya tidak akan merantau. Tapi, kata dia, bagaimana lagi karena sistem pendidikan di Papua tidak sebaik perguruan tinggi di Pulau Jawa.

“Sistem pendidikan negara di Jawa dan Papua itu sangat jauh berbeda. Di sana (Papua) itu sistemnya bukan membuka wawasan kami sebagai mahasiswa, tapi malah menutupnya. Makanya kami cari keluar sini untuk belajar di Bandung,” katanya.

Hal senada dikemukakan Fernando Billy, senior Weak yang juga berasal dari Papua. Fernando mengatakan, masyarakat Bandung lebih menerima kehadiran perantau Papua dibandingkan daerah lainnya. 

Di Bandung, kata Billy, tidak sulit mengajukan perizinan, misalnya untuk menggelar aksi massa dalam menyampaikan aspirasi.

“Kalau di tempat-tempat lain, misalnya di Bali, di Malang, agak susah. Sementara ormas (organisasi masyarakat) lain di sana selalu mudah mendapat izin untuk menyampaikan pendapat,” ujar Billy.

Terkait kasus di Surabaya dan Malang, ratusan mahasiswa Papua di Kota Bandung menggelar aksi solidaritas di depan Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Senin (19/8/2019).

Dilansir Pikiran Rakyat, aksi diawali dengan melakukan longmarch dari Asrama Papua Kamasan II Bandung di Jalan Cilaki, Kota Bandung, menuju Gedung Sate. 

Tiba di Gedung Sate, massa melakukan orasi yang berisi protes terhadap aksi rasis dan intimidasi yang dialami mahasiswa Papua di Malang dan Surabaya.

Massa aksi kemudian membentangkan spanduk yang diantaranya bertuliskan "Kita Dituntut Menggunakan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pemersatu. Tetapi mengapa bahasa pemersatu itu yang memecahkan kita? apakah Papua bukan bagian dari Indonesia?" "Lebih terhormat mana Monyet Cari Ilmu di tanah Manusia atau Manusia Mencari Makan di Tanah Monyet?" "Stop Rasis".*

Related Posts

Post a Comment

Contact Form

Name

Email *

Message *