Salah satu investor PLTSa dari Australia, Green Energy Resources (GER), mempresentasikan pengolahan sampah berbasis teknologi canggih Rabu (16/3/2016).
Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengaku tertarik dengan teknologi pemgolahan sampah asal Australia itu lantaran menggunakan gabungan teknologi biodigester dan gasifikasi. Sampah yang dihasilkan dapat diolah menjadi energi baru.
"Ini menggunakan (teknologi) gabungan, ada biodigester dan gasifikasi. Kalau sampah plastik pakai gasifikasi nantinya dicairkan terus dijadikan energi juga. Jadi multi lah, bagus," kata Emil --sapaan akrab Ridwan Kamil-- seperti dikutip Republika Online.
Menurut Emil, pengolahan sampah yang ditawarkan juga tidak merepotkan, tetapi menyelesaikan masalah. Semua jenis sampah bisa masuk diolah tanpa harua dipilah terlebih dahulu yang basah mau tidak.
Ia menjelaskan, teknologi yang dikembangkan dapat menyesuaikan antara sampah organik dan anorganik. Untuk yang anorganik bisa diolah menjadi gas dan cairan untuk energi listrik.
Selain teknologi yang canggih, harga tipping fee yang ditawarkan GER juga lebih murah sehingga dinilai menguntungkan.
"Teknologi yang kita harapkan karena itu tidak pakai pembakaran insinerator hasilnya sama investasi dari mereka tipping feenya lebih murah," ujarnya.
Menurut Emil, para investor baru PLTSa harus negosiasi dengan PT BRIL sebagai perusahan lokal pemenang lelang PLTSa yang harus ikut dilibatkan.
Selain itu, pihaknya juga akan mengkaji terlebih dahulu perpres yang telah ditandatangi oleh presiden terkait terkait PLTSa.
Emil menargetkan keputusan akan dikeluarkan dalam waktu empat minggu untuk menentukan investor yang terpilih untuk menggarap teknologi pengelolaan sampah dalam pembangunan PLTSa di Kota Bandung. Pasalnya proyek ini harus segera dikerjakan.
Ia menjelaskan, teknologi yang dikembangkan dapat menyesuaikan antara sampah organik dan anorganik. Untuk yang anorganik bisa diolah menjadi gas dan cairan untuk energi listrik.
Selain teknologi yang canggih, harga tipping fee yang ditawarkan GER juga lebih murah sehingga dinilai menguntungkan.
"Teknologi yang kita harapkan karena itu tidak pakai pembakaran insinerator hasilnya sama investasi dari mereka tipping feenya lebih murah," ujarnya.
Menurut Emil, para investor baru PLTSa harus negosiasi dengan PT BRIL sebagai perusahan lokal pemenang lelang PLTSa yang harus ikut dilibatkan.
Selain itu, pihaknya juga akan mengkaji terlebih dahulu perpres yang telah ditandatangi oleh presiden terkait terkait PLTSa.
Emil menargetkan keputusan akan dikeluarkan dalam waktu empat minggu untuk menentukan investor yang terpilih untuk menggarap teknologi pengelolaan sampah dalam pembangunan PLTSa di Kota Bandung. Pasalnya proyek ini harus segera dikerjakan.
Proyek PLTSa muncul sejak masa Wali Kota Dada Rosada. Penentangan warga sekitar lokasi dan para ahli lingkungan membuat pembangunan PLTSa tertunda-tunda, meski sudah disetujui DPRD Kota Bandung.
Warga dan ahli lingkungan menentang PLTSa karena berisiko gas beracun yang membahayakan nyawa manusia dan lingkungan.
Rencananya, PLTSa dibangun di kawasan Gedebage Kota Bandung, berdampingan dengan Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA).*
Post a Comment
Post a Comment