Berdasarkan data BNPB, banjir terjadi di 20 titik di Kota Bandung, antara lain Jalan Pagarsih, Jalan Pasirkaliki, Jalan Wastukancana, Jalan Lodaya, Jalan Pasirkoja, Jalan A. Yani, Jalan Sukagalih, Jalan Sudirman, Jalan Waringin (Pasar Andir), dan Jalan Laswi.
Banjir juga melanda Jalan Burangrang, Jalan Stasiun Timur, Jalan Kebon Jati, Stasiun Timur, Jalan Caringin, Jalan Otista, dan Jalan dr. Djundjunan, Jalan Kopo, Jalan Manado, Jalan Serayu, dan Rumah Sakit Cicendo.
"Banjir disebabkan beberapa sungai meluap seperti Sungai Citepus, Sungai Cibeureum dan Sungai Cikakak yang tidak mampu menampung aliran permukaan," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, dalam rilisnya, Senin (14/11/2016).
Menurut Sutopo, banjir juga disebabkan saluran drainase tidak mampu mengalirkan aliran permukaan.
Tinggi banjir sekitar 30-60 sentimeter dengan arus yang kencang seperti yang terjadi di Jalan Wastukancana.
"Arsip pasien di RS Cicendo rusak berat dan operasional kereta api terhambat selama 2 jam. Di Kecamatan Cicendo Kota Bandung, luapan dari Sungai Cikakak menyebabkan dinding 10 rumah jebol. Arus kencang banjir menghanyutkan perabotan rumah," kata Sutopo.
Data BNPB menyebutkan, pohon tumbang terjadi di daerah Jalan Manado, Jalan Kopo, Jalan Serayu, Jalan Otista, dan Stasiun Kereta Api Bandung.
"Masyarakat diimbau untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi banjir, longsor dan puting beliung. Diprediksikan hujan akan terus meningkat hingga puncaknya pada Januari 2017," kata Sutopo.
Meski banjir meluas ke 20 titik termasuk beberapa daerah yang biasanya tak pernah banjir, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil belum menetapkan Kota Bandung berstatus siaga banjir. "Belum siaga," ujarnya, Senin (14/11/2016).
Saat ditanya apakah status Kota Bandung krisis banjir, Emil mengatakan, tak ada kajian itu. Ini karena daerah disebut krisis itu kalau sudah ada pengungsian seperti kota/kabupaten lain, yang masuk ke status kebencanaan.
"Tapi kalau kayak gini masih bisa dengan peringatan-peringatan, kewaspadaan dan kesiapan dari petugas," katanya.
Saat ditanya tentang rumah sakit dan stasiun yang juga terkena banjir, Emil mengatakan, kalau mau adil sebaiknya ditanya ke BMKG, karena kapasitas hujannya tiga kali lipat dari kondisi normal.
"Jadi mohon, media juga meliput secara keilmiahan bukan masalah kenapa tiba-tiba stasiun banjir," katanya.
Menurut Emil, memang banjir dimana-mana juga terjadi. Contohnya, Kota Paris yang paling hebat sedunia dan gorong-gorongnya kelas dunia, bulan Februari banjir. "Ini, apakah karena sistemnya tidak memadai, tidak juga. Kadang-kadang ada anomali. Tapi kita akan terus berupaya," tegasnya.
Menurut Emil, memang banjir dimana-mana juga terjadi. Contohnya, Kota Paris yang paling hebat sedunia dan gorong-gorongnya kelas dunia, bulan Februari banjir. "Ini, apakah karena sistemnya tidak memadai, tidak juga. Kadang-kadang ada anomali. Tapi kita akan terus berupaya," tegasnya.
Emil menyatakan banjir di kota Bandung karena cuaca ekstrem. (Tribun Jabar/Republika).*
Post a Comment
Post a Comment