NasDem Usung Ridwan Kamil Jadi Cagub Jabar Munculkan Sentimen Negatif

Post a Comment
NasDem Usung Ridwan Kamil Jadi Cagub Jabar Munculkan Sentimen Negatif
BandungAktual.com -- Partai Nasdem mendeklarasikan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil sebagai Calon Gubernur Jawa Barat 2018 di Tegallega, Minggu (19/3/2017).

Rupanya, kesedian Emil --sapaan akrabnya-- diusung Nasdem mendapat respons negatif dari netizen ataupun fansnya.

Diberitakan Pikiran Rakyat, banyak netizen yang menanggapi pencalonan Ridwan Kamil tersebut dan sentimennya cenderung negatif.

Akun Instagram @rezawawaw misalnya, dengan tegas mengatakan bahwa NasDem hanya memanfaatkan Ridwan Kamil untuk mendongkrark kredibiitas partainya.

"Partai Nasdem gak punya kader, jadi dia cari nama dan start duluan karena dia tau kang Emil sangat potensial menang. Emang dasar Nasdem,” tulisnya.

NasDem merupakan partai yang baru dan dalam pemilu legislatif tahun 2014, NasDem hanya mendapatkan 1.035.729 suara atau sekitar 4,89% persen.

Penolakan secara langsung terhadap pencalonan Ridwan Kamil yang diusung partai disampaikan oleh akun @irma11rismaa. Akun itu mengomentari, “dukung kang @ridwankamil tanpa NasDem dan PDIP sayah mah. Kalo Kang Emil diusung sama 2 partai itu, aaaah entahlaaah.”

Ditelusuri, banyak pula netizen yang lebih menyarankan Ridwan Kamil maju menjadi Calon Gubernur dari jalur independen. Kebanyakan komentar tersebut berdasarkan pengalaman dan citra buruk terhadap partai politik, mulai dari isu ketidakadilan hingga relasi agama dan partai politik. 

Bahkan, akun @nonihakim18 menceritakan bahwa ayahnya sangat kecewa dan tidak ingin lagi mendukung Ridwan Kamil jika diusung NasDem dan PDIP. Namun, tak hanya yang menolak dan memberi saran, dukungan pun masih tetap hadir.

Kesediaan Emil diusung Nasdem menjadi isu hangat di media sosial, umumnya bernada negatif. Akun Facebook Emil diserbu komentar bernada penarikan dukungan, di antaranya:

  • Kang emil,, dikantun heula ku abdi sakulawargi,,,wassalam
  • Maaf Kang Emil, Saya gk jadi dukung Kang Emil.
  • Awalnya akang sangat saya harapkan bisa jadi Gubernur Jawa Barat karena saya Rakyat Jawa Barat tapi bukan Rakyat Bandung. Tapi karena yang usung Akang itu Partai yang banyak bikin kontroversi, pembela penista Al-Quran, dan banyak menyudutkan Islam lewat Media yang dia punya, Saya gak bisa dukung akang kecuali akang diusung Partai Lain.
  • Jika benar maju bersama nasdem atau pdip saya tarik dukungan, saya tidak lagi mendukung bapak, idealisme pemimpin itu mutlak harus dimiliki, idealisme pemimpin terlihat dengan siapa teman akrabnya.
  • Asw.kang hampura demi Allah sama ga ridho kang Emil didukung sama partai yang sangat benci sama Islam.akhirnya saya harus benar2 hrs selektif lg memilih pemimpin.karna saya takut di akhirat nanti saya dimintai pertanggungjawaban.Saya takut sama API NERAKA.nuhun kang
  • Kang Emil,kuring mh sedih ningal kang Emil jadi cagub jabar,tapi sareng partai nu eta...sedih pisan kanggg....sumpah...teu ridho Lillahita'ala...
  • Pemimpin muslim yang kita bangga2kan kok bersedia diusung oleh partai pendukung penista agama. Saya kecewa. Saya tarik dukungan untuk kang emil
  • Ga nyangka kang emil gila kekuasaan oge,,tahapan pilgub jabar masih lama,,knapa ga bisa nahan diri dlu,,knapa begitu d tawaran ku partai pendukung si penista langsung nyanggut wae?? Yakin tanpa mahar?? Asa moal bukti na eta partai menta jatah JAKSA AGUNG ka pemerintahan ayeuna!! Kecewa kang !!
  • Ekspektasina independen...Realitana Nasdem....kecewa pisan kang..haturnuhun punten
  • Hamba partai, pilgub jabar maaf sy gak akan pilih kang RK. Al Qur an , Al Maidah 51 lebih berharga dibandingkan partai penista Al Qur an dan Ulama. Lebih baik dukung Essien di Persib Bandung.
  • Punten kang Ridwan kamil, Nembe ayena abdi kecewa ka kang emil, salawas ieu kang Emil sae mimpin kota bandung, tapi dinten ieu abdi kecewa pisan ka kang emil, anu narima diusung ku partai pendukung penista al quran, TV na sering memojokan islam, ieu mung ungkapan hate abdi anu tos dikecewaken ku panutanna.
  • teu nyangka kang emil nu agamis mau di pinang sama partai nasdem yang mendukung si penista dan selaku ceo metro tivu,,sudah bukan rahasia lagi kalo metro tivu itu selalu menyudutkan agama islam,,,warga jabar lebih cinta agama daripada harus memilih pem...

Blunder Politik

Pengamat politik dari Pusat Studi Politik & Keamanan (PSPK) Unpad, Muradi, menilai deklarasi Nasdem untuk Emil maju sebagai Cagub Jabar berpotensi blunder politik bagi masa depan karier politik Emil.

Menurutnya, langkah terlalu dini menerima pinangan untuk dicalonkan sebagai cagub pada pilgub 2018 mendatang menjadi potensi masalah yang tidak sedikit.

Ditegaskan, ada lima alasan mengapa potensi RK melakukan blunder politik. Pertama, deklarasi tersebut membuat warga Kota Bandung merasa ditinggalkan dengan sisa waktu kurang dari dua tahun.

"Kehadiran RK pada deklarasi tersebut juga mensiratkan ambisi politik RK yang menggebu. Secara etika politik, baik bagi RK untuk tetap fokus menuntaskan program kerjanya di Bandung. Meski tetap membangun komunikasi dengan partai politik dan relawan dalam kerangka Pilgub jabar 2018," ujar Muradi, Senin (20/3/2017), dikuti Tribun Jabar.

Sebab, lanjutnya, pasca deklarasi juga akan membawa konsekuensi mengganggu konsentrasi RK dalam menjalankan peran dan fungsinya sebagai kepala daerah di kota bandung.

"Yang kedua, deklarasi tersebut juga secara eksplisit menutup ruang koalisi bersama dalam pengajuan RK sebagai bakal cagub jabar 2018. Dengan hanya 5 kursi di DPRD Jabar, keberadaan Nasdem tentu tidak akan bisa mengajukan sendiri dalam mengusung Rk, perlu dukungan dari partai lain," tegasnya.

Langkah Nasdem dengan mengambil momentum tersebut, bagi Muradi, hanya akan menbuat partai lain berpikir dua kali untuk ikut dalam gerbong dukungan ke RK. Sementara partai politik lain yang sejak awal ingin mengusung RK juga akan mengambil sikap yang sama.

Situasi ini, yang ia anggap akan menyandera RK dalam situasi politik yang tidak cukup nyaman. Hal ketiga, RK berpotensi tersandera oleh politik kepentingan dari Partai Nasdem.

Hal keempat, pasca deklarasi tersebut, akan mengubah peta politik di Jawa Barat. Partai-partai politik yang sejak awal menunggu waktu yang tepat kemudian melihat situasi tersebut, bukan tidak mungkin akan membangun barisan yang lebih kokoh namun pragmatis.

"Misalnya Partai Golkar dan PDIP yang kecil kemungkinannya melakukan koalisi dengan PKS, maka hal tersebut dimungkinkan untuk mengusung calon yang dianggap bisa mematahkan posisi politik RK di Jabar," tuturnya.

Hal kelima, lanjut Muradi lagi, karena peta berubah, maka potensi hasil survei juga akan mengubah hasil dari yang selama ini beredar dari hasil sejumlah survei di Jawa Barat.

Jika sinisme menguat karena deklarasi yang terlalu dini untuk maju di Jabar, maka posisi RK berpotensi secara bertahap akan goyah juga dan tergeser dari puncak.

"Situasi ini jika tidak dikelola dengan baik, maka nasib RK akan sama Dede Yusuf pada Pilgub 2013. Yang sistematis tergeser terjun bebas, kalah pada Pilgub 2013. Padahal Dede yusuf sejak awal selalu memuncaki hasil survei," Muradi menegaskan.

Alasan Ridwan Kamil

Emil sendiri, lewat akun Instagramnya, memberikan tujuh alasan ia maju dalam Pilgub Jabar. Ia pun sadar banyak pertanyaan yang muncul dengan pencalonannya tersebut.  Berikut ini jawaban Ridwan Kamil yang dikutip Republika, Selasa (21/3). 

Banyak yang bertanya KENAPA?

Jawabannya sangat multi dimensi
1. Menjadi cagub itu resminya jika sudah mendaftar ke KPUD. Dalam perjalannya masih banyak belokan dan lika-liku. Bisa seperti tokoh-tokoh di Jakarta yang heboh2 di awal ternyata tidak jadi. Bisa seperti yang sudah dideklarasikan eh bisa berubah di hari H-1 oleh nama baru.

2. Hari ini sebagai independen sifatnya menerima dengan baik aspirasi siapapun yang berniat baik mendukung. Adabnya berterima kasih ketimbang menolak yang terkesan sombong. Toh keputusan pastinya masih jauh. Esok lusa ada tambahan dukungan ya ditunggu, tidak juga ya diterima saja takdirnya.

3. Kenapa dengan partai ini atuh. Kenapa tidak dengan partai2 terdahulu? karena partai2 terdahulu, sudah dikomunikasikan, namun belum ada jawaban. belum pasti juga mau. dan masing-masing punya jadwal dan prosedur sendiri yang harus dihormati. Boro geer geder rasa pasti didukung, apek teh ternyata teu jadi?

4. Setiap pilihan situasi politik selalu ada yang suka dan juga tidak suka. Saya sudah melaluinya di tahun 2013. Setengah pertemanan saya balik kanan karena saya mau pilwakot didukung partai. SEidh? iya. Tapi saat itu dilalui saja prosesnya dengan ikhlas. Dan dibuktikan dengan bekerja dengan maksimal saat terpilih jadi walikota. Sebagian pertemanan itu tidak balik lagi.

5. orang berpikir ini semata syahwat politik? kalo ikut shahwat mah, Bandung sudah ditinggalkan ikut nyagub di DKI kemarin. Tahun depan 2018 itu saya menggenapkan tugas sebagai walikota selama 5 tahun. Selesai on time.
Janji Bandung belum beres? betul. Namun masih ada 2 tahun anggaran 2017 dan 2018 untuk dibelanjakan mengejar sisa mimpi.

6. Tidak terpilih lagi? tidak masalah, da saya mah bukan pengangguran. tidak punya niat cari nafkah dari politik. Kembali jadi dosen dan arsitek adalah kebahagiaan yang kembali pulang

7. Jadi jika sekarang ada yang bully "saya akan jadi pembenci akang seakrang", "maaf saya unfollow", "bye kang RK" dkk itu sudah takdiran berpolitik. Tidak akan baper. Karena politik adalah cara memperjuangkan nilai dan cita-cita. Dan dalam prosesnya tidaklah akan pernah, sampai kapanpun, menyenangkan semua orang.*

Related Posts

Post a Comment

Contact Form

Name

Email *

Message *