Pengamat politik dari Universitas Parahyangan Bandung, Asep Warlan, menilai, peluang Golkar memenangkan Pilgub Jabar lebih terbuka bila berhasil memasangkan Deddy Mizwar dan Dedi Mulyadi. Menurutnya, figur Deddy dan Dedi bisa saling melengkapi.
"Demiz (Deddy Mizwar) punya kekuatan pada figurnya yang dikenal luas masyarakat Jabar sebagai Wagub (petahana). Dedi punya kekuatan mesin partai yang solid," kata Asep kepada Tirto, Rabu (27/12).
Elektabilitas Deddy yang besar di sejumlah lembaga survei, kata Asep, menjadi modal penting menarik pemilih.
Survei terakhir Indobarometer, elektabilitas Deddy berada di angka 17 persen. Meski angka ini masih terpaut jauh dengan elektabilitas Emil yang berada di angka 46 persen, namun Asep yakin mesin politik Golkar mampu memberikan perlawanan.
Asep melihat peluang koalisi di antara Golkar dan Demokrat terbuka lebar. Ini karena, PAN dan PKS sudah resmi menarik dukungan dari Deddy dengan mendeklarasikan dukungan kepada pasangan Sudrajat-Syaikhu bersama Gerindra.
Menurut Asep, figur yang bisa diperhitungkan di Pilgub Jabar 2018 hanya ada tiga orang, yakni Ridwan Kamil, Deddy Mizwar, dan Dedi Mulyadi.
Asep juga menilai, tarik-menarik dukungan cagub dan cawagub di Pilgub Jabar menunjukkan pragmatisme politik partai.
Asep melihat peluang koalisi di antara Golkar dan Demokrat terbuka lebar. Ini karena, PAN dan PKS sudah resmi menarik dukungan dari Deddy dengan mendeklarasikan dukungan kepada pasangan Sudrajat-Syaikhu bersama Gerindra.
Menurut Asep, figur yang bisa diperhitungkan di Pilgub Jabar 2018 hanya ada tiga orang, yakni Ridwan Kamil, Deddy Mizwar, dan Dedi Mulyadi.
Asep juga menilai, tarik-menarik dukungan cagub dan cawagub di Pilgub Jabar menunjukkan pragmatisme politik partai.
Hal ini karena partai di Jabar tidak memiliki dasar yang pasti dalam berkoalisi, seperti ideologi dan aspirasi rakyat dalam membentuk koalisi melainkan hanya berorientasi pada kemenangan semata.
"Golkar dan semua partai lainnya bersikap elitis. Menempatkan rakyat sebagai penonton saja. Rakyat tidak dibiarkan memilih," ujar Asep.*
"Golkar dan semua partai lainnya bersikap elitis. Menempatkan rakyat sebagai penonton saja. Rakyat tidak dibiarkan memilih," ujar Asep.*
Post a Comment
Post a Comment